Di sebuah dusun, tinggallah keluarga yang memiliki anak yang sangat Jelita. Jelita telah memiliki seorang kekasih. Namun sayang, sejak semula keluarga Jelita tak menyetujui hubungan mereka. Dengan berbagai alasan dan latar belakang bahwa Jelita akan menderita seumur hidupnya, jika dia tetap menjalin hubungan dengan pemuda tersebut.
Dengan kekerasan hati, Jelita memaksa untuk tetap terus bersama dengan pemuda tersebut. Namun karena tekanan dari keluarga membuat hubungan mereka sering di lalui dengan pertengkaran. Komentar – komentar dari keluarga membuat Jelita sering marah dan kesal. Semua kekesalan dia lampiaskan padanya. Dan sang pemuda selalu menerima dengan penuh kesabaran.
Selang beberapa tahun, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Dia bermaksud melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia pergi, dia bermaksud melamar Jelita. “ Saya tidak tahu bagaimana cara merangkai kata – kata manis,yang saya tahu saya mencintaimu.” Dan jika kamu setuju saya ingin menjagamu seumur hidup. Maukah kau menikah denganku ? Soal orang tuamu aku akan berusaha keras meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita .“
Jelita setuju, dan berkat kegigihan sang pemuda,akhirnya hubungan mereka direstui. Sebelum berangkat, mereka berdua bertunangan terlebih dahulu. Dan Jelita tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja.
Suatu hari saat Jelita akan berangkat kerja. Sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam tubuhya. Saat tersadar, dia menemukan diriya telah berada dirumah sakit, dan seluruh keluarganya berkumpul dan menangis. Namun Jelita bersyukur bahwa dia masih hidup,Tetapi dia harus menerima kenyataan bahwa dia tak dapat bicara sama sekali. Kecelakaan telah merusak syaraf otaknya sehingga Jelita dinyatakan oleh dokter akan bisu seumur hidupnya. Menyadari hal tersebut Jelita hanya bisa menangis.
Saat dia pulang dai rumah sakit, hari – harinya selalu dia lewatkan dengan melamun dan menangis.Setiap bunyi dering telepon dia menjadi pilu.Saat ini dering telepon telah menjadi mimpi buruknya. Dia tak bisa mengabarkan kepada kekasihnya dan menjadi beban untuknya. Akhirnya Jelita mengirim sepucuk surat untuk kekasihnya dan mengabarkan bahwa dia tidak mau lagi menunggunya. Jelita menganggap hubungannya telah berakhir dan dia juga telah mengembalikan cincin pertunangan mereka.
Melihat penderitaan putrinya, orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah, agar Jelita bisa melupakan segalanya dan bisa hidup bahagia. Di rumah barunya Jelita mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan kekasihnya. Hingga suatu hari sahabatnya menceritakan bahwa sang pemuda telah kembali dan mencarinya kemana–mana. Dia meminta sahabatnya agar tidak memberitahukan dimana dia berada.
Selang beberapa tahun, pemuda tersebut hilang tanpa kabar. Hingga suatu hari sahabat Jelita mengabarkan bahwa sang pemuda akan segera menikah. Sahabatnya menyerahkan surat undangan. Dengan hati pedih, Jelita membuka undangan tersebut. Betapa kagetnya dia saat menemukan namanya tercantum dalam undangan tersebut. Sebelum sempat bertanya kepada sahabatnya. Sang pemuda muncul, dengan bahasa isyarat yang kaku sang pemuda menyampaikan bahwa telah setahun dia mempelajari bahasa isyarat untuk memberitahukan padamu bahwa aku belum melupakan janji kita,berdua, berikan aku kesempatan,biarkan aku menjadi suaramu “. I LOVE YOU…..”
Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin pertunangannya, Jelita tersenyum dan meneteskan air mata bahagia. Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu..,baru kamu akan belajar cara memberi. Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu..,,baru kamu akan belajar cara menghargai. Jangan pernah menyerah. Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar mengandung banyak resiko. Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata : “Aku mencintaimu “
Dengan kekerasan hati, Jelita memaksa untuk tetap terus bersama dengan pemuda tersebut. Namun karena tekanan dari keluarga membuat hubungan mereka sering di lalui dengan pertengkaran. Komentar – komentar dari keluarga membuat Jelita sering marah dan kesal. Semua kekesalan dia lampiaskan padanya. Dan sang pemuda selalu menerima dengan penuh kesabaran.
Selang beberapa tahun, sang pemuda lulus dari perguruan tinggi. Dia bermaksud melanjutkan kuliahnya ke luar negeri, tapi sebelum dia pergi, dia bermaksud melamar Jelita. “ Saya tidak tahu bagaimana cara merangkai kata – kata manis,yang saya tahu saya mencintaimu.” Dan jika kamu setuju saya ingin menjagamu seumur hidup. Maukah kau menikah denganku ? Soal orang tuamu aku akan berusaha keras meyakinkan mereka agar menyetujui hubungan kita .“
Jelita setuju, dan berkat kegigihan sang pemuda,akhirnya hubungan mereka direstui. Sebelum berangkat, mereka berdua bertunangan terlebih dahulu. Dan Jelita tetap tinggal di kampung halaman dan bekerja.
Suatu hari saat Jelita akan berangkat kerja. Sebuah mobil berkecepatan tinggi menghantam tubuhya. Saat tersadar, dia menemukan diriya telah berada dirumah sakit, dan seluruh keluarganya berkumpul dan menangis. Namun Jelita bersyukur bahwa dia masih hidup,Tetapi dia harus menerima kenyataan bahwa dia tak dapat bicara sama sekali. Kecelakaan telah merusak syaraf otaknya sehingga Jelita dinyatakan oleh dokter akan bisu seumur hidupnya. Menyadari hal tersebut Jelita hanya bisa menangis.
Saat dia pulang dai rumah sakit, hari – harinya selalu dia lewatkan dengan melamun dan menangis.Setiap bunyi dering telepon dia menjadi pilu.Saat ini dering telepon telah menjadi mimpi buruknya. Dia tak bisa mengabarkan kepada kekasihnya dan menjadi beban untuknya. Akhirnya Jelita mengirim sepucuk surat untuk kekasihnya dan mengabarkan bahwa dia tidak mau lagi menunggunya. Jelita menganggap hubungannya telah berakhir dan dia juga telah mengembalikan cincin pertunangan mereka.
Melihat penderitaan putrinya, orang tuanya memutuskan untuk pindah rumah, agar Jelita bisa melupakan segalanya dan bisa hidup bahagia. Di rumah barunya Jelita mulai belajar bahasa isyarat. Dia berusaha melupakan kekasihnya. Hingga suatu hari sahabatnya menceritakan bahwa sang pemuda telah kembali dan mencarinya kemana–mana. Dia meminta sahabatnya agar tidak memberitahukan dimana dia berada.
Selang beberapa tahun, pemuda tersebut hilang tanpa kabar. Hingga suatu hari sahabat Jelita mengabarkan bahwa sang pemuda akan segera menikah. Sahabatnya menyerahkan surat undangan. Dengan hati pedih, Jelita membuka undangan tersebut. Betapa kagetnya dia saat menemukan namanya tercantum dalam undangan tersebut. Sebelum sempat bertanya kepada sahabatnya. Sang pemuda muncul, dengan bahasa isyarat yang kaku sang pemuda menyampaikan bahwa telah setahun dia mempelajari bahasa isyarat untuk memberitahukan padamu bahwa aku belum melupakan janji kita,berdua, berikan aku kesempatan,biarkan aku menjadi suaramu “. I LOVE YOU…..”
Melihat bahasa isyarat tersebut, dan cincin pertunangannya, Jelita tersenyum dan meneteskan air mata bahagia. Perlakukan setiap cinta seakan cinta terakhirmu..,baru kamu akan belajar cara memberi. Perlakukan setiap hari seakan hari terakhirmu..,,baru kamu akan belajar cara menghargai. Jangan pernah menyerah. Ingatlah bahwa kasih yang paling indah dan sukses yang terbesar mengandung banyak resiko. Yakinlah pada dirimu ketika kamu berkata : “Aku mencintaimu “
0 komentar:
Post a Comment