Sunday, March 6, 2011

Tak Lupa Berucap Syukur

Mungkin sebagian orang selalu berdoa seperti ini setiap harinya,
“Ya Allah, berikanlah hamba-Mu ini kelancaran rejeki, berikanlah kami kesehataan, kebahagiaan, kemakmuran dan umur panjang.”

Tapi tak jarang dari mereka lupa akan bersyukur dan berterima kasih setelah mendapatkan semua itu. Dengan alasan desakan kebutuhan dan lain sebagainya membuat mereka lupa.

Sehingga kerap keadaan berbalik, mereka di jauhi dari kesuksesan.

Definisi sukses memang sangatlah beragam, tergantung dari masing-masing individu dalam menanggapinya. Ada yang mengatakan bahwa sukses adalah dapat menjalani hidup dengan setia dan tetap melangkah di jalan Tuhan, mulai kita lahir sampai kita kembali kepada Tuhan, bahkan dapat menjadi inspirasi bagi keluarga dan orang lain yang berada di sekitar kita siapa pun itu. Oleh karenanya, dapat dikatakan pula bahwa kesuksesan kita haruslah bermanfaat bagi orang lain, kata "bermanfaat" ini mengandung arti yang sangat luas sehingga harus dijabarkan secara detail tidak terjadi kesalahan persepsi dalam hal ini. Di lain pihak, ada pula yang mengatakan bahwa sukses itu adalah perjalanan, bukan tujuan. Tujuan kita adalah masuk surga dan duduk bersama dengan Tuhan disana. Oleh sebab itu, arahkan hati dan pikiran Anda ke tujuan/visi yang ingin dicapai dan tentunya harus  memiliki komitmen. Niscaya semuanya itu seperti uang, harta, ketenaran, nama baik akan datang dengan sendirinya kepada Anda.

Namun. Apakah Anda hanya menginginkan sukses dalam bentuk harta duniawi saja? Memang benar bahwa kebanyakan individu menilai arti kesuksesan hanya dalam hal yang kasat mata, seperti jabatan, rumah mewah, mobil, serta kelimpahan menyenangkan lainnya. Namun harus kita sadari bahwa kebahagiaan di dunia ini akan lebih sempurna apabila kita dapat meraih kesuksesan lahir dan batin. Apakah kita akan bahagia jika berkelimpahan harta, namun sering dilanda masalah rumah tangga? Atau apakah kita dapat hidup tenang apabila tinggal di rumah kontrakan dengan penghasilan yang pas-pasan, walaupun secara fisik kita sehat? Inilah cerminan kehidupan kita di masa ini. Tidak pernah jalan hidup ini berada dalam keadaan yang lurus, halus, dan tanpa tanjakan apa pun. Namun dapat kita sadari bahwa hidup kita bagaikan mendaki gunung yang harus melewati berbagai rintangan seperti jalan terjal, jutaan batu dan kerikil tajam, ancaman biatang buas, serta cuaca yang tidak bersahabat.

Hidup tidak pernah terlepas dari masalah, baik secara jasmani maupun rohani. Hidup selayaknya timbangan, kita harus menyeimbangan dua hal vital dalam kehidupan, yaitu baik dan buruk. Kita harus dapat menciptakan kehidupan yang berkecukupan dan tepat guna dalam segala hal, hasil dari optimalisasi potensi diri sendiri dengan tidak terjebak dalam prinsip kesempurnaan, hukum relativitas bagi setiap individu tetap berlaku. Memang benar jika kita membutuhkan banyak uang untuk segala hal, seperti  popularitas, gelar, dan aksesoris dunia lainnya. Namun hal itu ternyata sama sekali tidak menjamin ketenteraman dan kebahagiaan.

Ketahuilah bahwa sehebat dan setinggi apapun keinginan menikmati hidup, bila tidak mempunyai kuncinya, maka kesuksesan tersebut hanya dalam angan-angan saja, Kalaupun merasa mendapat kebahagiaan, sesungguhnya hanyalah semu belaka dan tidak akan pernah terkejar. Namun pada kenyataannya, sebagian orang lebih sibuk memikirkan isi almari kehidupan daripada sibuk mengetahui dan menguasai kuncinya dulu. Itulah sebab itu, hidup ini menjadi sulit untuk melahirkan kebahagiaan dan berkah, terhimpit dalam lingkaran perasaan negatif yang berpidah pindah, atau secara bersamaan muncul perasaan emosional, serakah, was-was, bingung, gelisah, putus asa, dan sebagainya.

Namun kini Anda tidak perlu lagi gelisah ataupun takut dalam menjalani kehidupan ini. Ada dua kunci utama untuk membuka almari kehidupan agar kita dapat menikmati seluruh isinya, tentunya dalam hal ini adalah kesuksesan lahir dan batin. Kunci pembuka almari kehidupan yang pertama adalah rasa SYUKUR yang timbul dari hati yang berbudi ikhlas. Artinya, siapapun yang tidak tahu cara mensyukuri nikmat dengan benar, maka tepislah harapan untuk dapat menikmati hidup ini dengan berkah yang melimpah. Banyak orang yang lupa untuk berucap syukur kepadaNya karena terjebak  oleh prinsip kesempurnaan, selalu mengeluh dalam perasaan belum cukup dan sempurna dengan berbagai alasan. Oleh karena itu, yang sebenarnya harus kita lakukan adalah selalu bersyukur dalam sisa waktu hidup ini dan dalam keadaan apapun, dengan memanfaatkan dan mengoptimalkan kesempatan atau waktu yang ada, dengan modal utama keteguhan hati diri pribadi.
 
رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ
“..Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa adkhilniy birahmatika fiy ‘ibadikashshaalihiin..”
“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (Q.S. An-Naml : 19)

رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“..Rabbi aw zi’niy an asykura ni’matakallatiy an’amta ‘alayya wa’alaa waalidayya wa an a’mala shaalihan tardhaahu wa ashlihliy fii dzurriyyatiy inniy tubtu ilayka wa inniy minal muslimiin..”
“Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri ni`mat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Q.S. Al-Ahqaf : 15)
 
Firman Allah SWT:
“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
(QS. Al-Baqarah, 2 : 152)
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah, 2 : 172)
“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya. Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami berikan kepadanya pahala dunia itu, dan barang siapa menghendaki pahala akhirat, Kami berikan (pula) kepadanya pahala akhirat itu. Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali ‘Imran, 3 : 145)
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim, 14 : 7)
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. an-Nahl, 16: 18).
“Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. (QS. An-Naml, 27 : 40)
“Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya.” (QS. Al-Qashash, 28 : 73)
“Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada- Nyalah kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-‘Ankabuut, 29 : 17)
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: “Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (Q.s. Luqman, 31 : 12)
Fabiayyi aalaa rabbikumaa tukadzdzibaan?
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?

0 komentar:

Post a Comment