Kenapa momen libur Natal di Inggris malah dihabiskan dengan berpeluh-peluh di atas lapangan, bukannya bergembira bersama keluarga?
Semua ini tak terlepas dari sebuah tradisi di Inggris.
Di saat kompetisi negara lain sedang libur dan tiap pemain, ofisial, pelatih dan staff klub berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Natal, kompetisi sepakbola di Inggris masih berjalan seperti biasa.
Ya, kompetisi sepakbola di negara-negara yang tergabung dalam Britania Raya masih akan tetap berlangsung, juga di Selandia Baru maupun Kanada. Hal ini tak terlepas dari sebuah tradisi yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu di negerinya Ratu Elizabeth itu, yaitu Boxing Day.
Boxing Day bukanlah hari bertinju, melainkan libur nasional yang berlangsung di Inggris Raya, Kanada, Selandia Baru dan Australia dan beberapa negara lain yang tergabung dengan Negara Commonwealth. Boxing Day berlangsung pada 26 Desember, sehari setelah hari Natal, atau alternatif lain yaitu akhir pekan berikutnya setelah Natal.
Secara tradisi, Boxing Day sendiri merupakan perayaan tradisional di abad pertengahan, di mana orang-orang memberikan hadiah yang dibungkus kotak kepada pekerja, fakir miskin atau orang yang berada di kelas sosial ke bawah. Di Britania Raya, event ini sedikit dimodifikasi. Inti dari acara ini tetap sama, yaitu berbagi kegembiraan dengan semua orang.
Sebagai tambahan, Boxing Day di Britania Raya adalah hari untuk berolahraga. Dulu, saat event ini datang, yang paling sering dilakukan adalah berburu rubah (fox hunting).
Seiring perkembangan zaman, aktivitas tersebut diganti dengan sepakbola, balap kuda dan kriket, yang merupakan ikon olahraga Inggris saat ini.
Karena sepakbola lebih mendunia, maka event Boxing Day di olahraga ini paling sering disorot. Apalagi melibatkan kompetisi Liga Primer Inggris, yang sekarang ini dianggap sebagai kompetisi terbaik di dunia. Implikasinya jadwal pertandingan di dataran Inggris tetap berlangsung sehari setelah Natal, meski kompetisi di negara lain sedang rehat. Pemain pun menjadi "korban" karena waktu untuk bersama keluarga harus dipersingkat.
Karena alasan Boxing Day juga yang membuat bintang legendaris Prancis, Michel Platini, enggan berkarir di Inggris, baik sebagai pemain dan manajer, karena kompetisi sepakbola ketika memasuki akhir Desember, kompetisi Inggris serasa dipadatkan.
"Saya ingin menghabiskan liburan saya bersama keluarga, bukan bermain di empat pertandingan dalam rentang waktu delapan hari," kritiknya beberapa waktu lalu, dalam kapasitasnya sebagai presiden UEFA.
Namun itu tak seberapa. Sebelum tahun 50-an, jadwal kompetisi yang ada lebih gila lagi. Bayangkan, setiap tim harus melakoni laga yang hanya berjeda satu hari, yaitu di momen Natal dan Boxing Day.
Pada pertengahan 60-an, keputusan dibuat untuk meniadakan salah satu laga, yaitu di hari Natal. Alasannya agar pemain, pelatih, wasit dan ofisial pertandingan lainnya bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya di hari libur. Selain itu, ketiadaan alat transportasi yang beroperasi juga menjadi pertimbangan lain. Perundang-undangan Inggris juga melarang pemain untuk bermain di hari Natal, kecuali tercantum di kontrak mereka harus melakukan tugasnya.
Sekarang ini, aturan yang dibuat lebih manusiawi. Jeda antarpertandingan dibuat tiga hari, walaupun keputusan tersebut masih memantik protes untuk meniadakan Boxing Day. Namun, reaksi penolakan tersebut tak digubris sama sekali dan sepakbola masih terus berjalan, sehari setelah Natal.
"Sepakbola sudah menjadi gaya hidup di Inggris sejak ratusan tahun silam, seperti halnya tradisi Natal dan sepakbola," tutur Profesor Capp, budayawan Inggris.
Semua ini tak terlepas dari sebuah tradisi di Inggris.
Di saat kompetisi negara lain sedang libur dan tiap pemain, ofisial, pelatih dan staff klub berkumpul bersama keluarga untuk merayakan Natal, kompetisi sepakbola di Inggris masih berjalan seperti biasa.
Ya, kompetisi sepakbola di negara-negara yang tergabung dalam Britania Raya masih akan tetap berlangsung, juga di Selandia Baru maupun Kanada. Hal ini tak terlepas dari sebuah tradisi yang berlangsung sejak ratusan tahun lalu di negerinya Ratu Elizabeth itu, yaitu Boxing Day.
Boxing Day bukanlah hari bertinju, melainkan libur nasional yang berlangsung di Inggris Raya, Kanada, Selandia Baru dan Australia dan beberapa negara lain yang tergabung dengan Negara Commonwealth. Boxing Day berlangsung pada 26 Desember, sehari setelah hari Natal, atau alternatif lain yaitu akhir pekan berikutnya setelah Natal.
Secara tradisi, Boxing Day sendiri merupakan perayaan tradisional di abad pertengahan, di mana orang-orang memberikan hadiah yang dibungkus kotak kepada pekerja, fakir miskin atau orang yang berada di kelas sosial ke bawah. Di Britania Raya, event ini sedikit dimodifikasi. Inti dari acara ini tetap sama, yaitu berbagi kegembiraan dengan semua orang.
Sebagai tambahan, Boxing Day di Britania Raya adalah hari untuk berolahraga. Dulu, saat event ini datang, yang paling sering dilakukan adalah berburu rubah (fox hunting).
Seiring perkembangan zaman, aktivitas tersebut diganti dengan sepakbola, balap kuda dan kriket, yang merupakan ikon olahraga Inggris saat ini.
Karena sepakbola lebih mendunia, maka event Boxing Day di olahraga ini paling sering disorot. Apalagi melibatkan kompetisi Liga Primer Inggris, yang sekarang ini dianggap sebagai kompetisi terbaik di dunia. Implikasinya jadwal pertandingan di dataran Inggris tetap berlangsung sehari setelah Natal, meski kompetisi di negara lain sedang rehat. Pemain pun menjadi "korban" karena waktu untuk bersama keluarga harus dipersingkat.
Karena alasan Boxing Day juga yang membuat bintang legendaris Prancis, Michel Platini, enggan berkarir di Inggris, baik sebagai pemain dan manajer, karena kompetisi sepakbola ketika memasuki akhir Desember, kompetisi Inggris serasa dipadatkan.
"Saya ingin menghabiskan liburan saya bersama keluarga, bukan bermain di empat pertandingan dalam rentang waktu delapan hari," kritiknya beberapa waktu lalu, dalam kapasitasnya sebagai presiden UEFA.
Namun itu tak seberapa. Sebelum tahun 50-an, jadwal kompetisi yang ada lebih gila lagi. Bayangkan, setiap tim harus melakoni laga yang hanya berjeda satu hari, yaitu di momen Natal dan Boxing Day.
Pada pertengahan 60-an, keputusan dibuat untuk meniadakan salah satu laga, yaitu di hari Natal. Alasannya agar pemain, pelatih, wasit dan ofisial pertandingan lainnya bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya di hari libur. Selain itu, ketiadaan alat transportasi yang beroperasi juga menjadi pertimbangan lain. Perundang-undangan Inggris juga melarang pemain untuk bermain di hari Natal, kecuali tercantum di kontrak mereka harus melakukan tugasnya.
Sekarang ini, aturan yang dibuat lebih manusiawi. Jeda antarpertandingan dibuat tiga hari, walaupun keputusan tersebut masih memantik protes untuk meniadakan Boxing Day. Namun, reaksi penolakan tersebut tak digubris sama sekali dan sepakbola masih terus berjalan, sehari setelah Natal.
"Sepakbola sudah menjadi gaya hidup di Inggris sejak ratusan tahun silam, seperti halnya tradisi Natal dan sepakbola," tutur Profesor Capp, budayawan Inggris.
Benar benar Boxing Day sebagai Hadiah indah bagi penggila bola
ReplyDelete