Tuesday, October 30, 2012

Ada Apa Dibalik Gol Perdana Raheem Sterling

Bosan mungkin adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana perasaan supporter Liverpool yang menunggu kemenangan kandang pertama mereka musim ini. Performa ala tiki-taka atau dalam bahasa yang lebih Liverpool, pass and move yang bisa dibilang baik memang seakan-akan menjadi angin segar bagi mereka. Sepakbola atraktif tentu dengan senang hati diterima di hati, akan tetapi, di akhir hari semua orang akan melihat papan klasemen, dan bagi supporter Liverpool, papan bawah jelas adalah sebuah mimpi buruk.

Kemenangan 1-0 melawan Reading sabtu lalu merupakan kemenangan Liverpool yang kedua dan pertama di kandang dalam 8 pertandingan liga. Statistik home yang tidak bagus sama sekali tidak bisa diterima mengingat klub ini seringkali disanjung-sanjung akan kandangnya yang sulit ditembus, ‘This Is Anfield’ katanya, stadion dengan desibel tertinggi di Premier League, dan menurut penuturan pemain sebesar Thierry Henry, ia selalu merinding ketika bermain di Anfield.


Pertandingan kemarin, seperti pertandingan-pertandingan lainnya akan selalu dibuat kesimpulannya oleh beberapa orang. Yang paling jelas terlihat, pertandingan kemarin adalah hari dimana Liverpool memenangkan pertandingan kandang pertama mereka di musim ini, dan yang kedua adalah Raheem Sterling tercatat sebagai pemain termuda kedua yang mencetak gol untuk Liverpool setelah, maaf untuk membuat anda ingat, Michael Owen.

Berbicara tentang gol Sterling, dibuat melalui serangan balik yang cepat dari belakang yang dibalut oleh sentuhan efisien dari Luis Suarez, Sterling melejit mendahului pemain belakang Reading dan dengan tenang melepaskan sebuah gol yang melesak pasti ke sudut gawang. Gol ini merupakan gol bagus karena datang dari pemain yang sangat muda, menjadi penentu kemenangan pertandingan, dan membawa Liverpool era Rodgers ke kemenangan kandang pertama mereka di liga. Saya yakin Brendan Rodgers juga suka pada gol tersebut karena alasan diatas, akan tetapi, gol tadi juga mencerminkan bagaimana Liverpool belum bisa mencetak gol yang proper untuk filosofi bermain mereka sendiri.

Gol-gol Liverpool musim ini, seingat saya, yang saya percaya benar tanpa harus memaparkan catatan statistiknya, banyak yang terjadi melalui set-piece, kekacauan di depan gawang, kesalahan lawan, dan yang paling baru, counter-attack. Hanya sedikit, atau mungkin tidak ada gol yang tercipta melalui umpan-umpan pendek, di set-up dari bawah dengan sempurna, atau dengan penetrasi-penetrasi cerdas yang akhirnya akan membuat kita setuju bahwa tiki-taka telah bekerja di Liverpool.

Apabila kita melihat sebuah klub dengan filosofi possesion football yang telah berhasil, seperti Barcelona, mereka tidak hanya mampu mengurung musuh mereka di seperempat lapangan daerah sendiri, mereka mampu membuat shoot-on-goal yang berbahaya, melakukan penetrasi-penetrasi pendek di daerah kotak penalti, dan memproduksi key-passes yang merobek pertahanan lawan. Oleh karenanya, Xavi dan kawan-kawan punya alasan yang jelas mengapa mereka memainkan possesion football, mereka bisa membunuh lawan mereka dengan mengurung mereka habis-habisan. Belum sama dengan Barca, Liverpool masih berkutat dengan possesion football yang baru datang musim panas ini, tanpa segalanya kecuali possesion itu sendiri.

Untuk menikmati sukses yang dinikmati Barcelona, Liverpool perlu meningkatkan kualitas mereka dengan menambahkan faktor-faktor diatas. Seperti kata Cruyff, total football (bisa dibilang asal usul dari tiki-taka) membutuhkan pemain dengan kualitas tertinggi. Kemungkinan yang dimaksud Cruyff adalah, anda tidak bisa menang dengan terus memegang bola tetapi tidak tahu cara untuk memasukkan bola tersebut kegawang. Ini merupakan PR bagi Rodgers, bagaimana ia dapat meningkatkan kualitas tersebut, karena possesion football bukan sekedar quantity of possesion, it’s more about the quality that you make out of that quantity dan Liverpool tidak bisa bergantung pada set-piece dan counter-attack apabila ingin bermain dengan tiki-taka The Liverpool Way.

1 comment: